Senin, 27 April 2009

Direktur Akper Sibolga Aniaya Mahasiswa Sampai Pingsan

Keterangan : TUNJUKKAN LUKA : Seorang mahasiswa Akper Nauli Husada Sibolga, Uli Daud Saragih (23), penduduk jalan Kesturi, Kelurahan Aek Habil, Kecamatan Sibolga Selatan, Kota Sibolga didampinggi ibunya saan menunjukkan luka – lukanya, akibat dianiaya Oknum Direktur Akper Nauli Husada Sibolga berinisial Ronald Sagala. Foto : TIGOR MANALU

 

Keterangan Foto : BERI KETERANGAN : Kapolsek Sibolga Selatan Iptu D Habeahan saat dikonfirmasi di Mapolresta Sibolga dan membenarkan adanya laporan pengaduan seorang Mahasiswa Akper Nauli Husada Sibolga atas nama Uli Daud Saragih yang dianiaya oleh Direktur Akper Nauli Husada Sibolga berinisial Ronald Sagala. Foto : TIGOR MANALU

 

Direktur Akper Sibolga Aniaya Mahasiswa Sampai Pingsan

TIGOR MANALU  -  SIBOLGA

Oknum Direktur Akademi Keperawatan (Akper) Nauli Husada Sibolga berinisial Ronald Sagala menganiaya seorang mahasiswanya, Uli Daud Saragih (23), penduduk jalan Kesturi, Kelurahan Aek Habil, Kecamatan Sibolga Selatan, Kota Sibolga hingga tidak sadarkan diri (pingsan). Ironisnya, akibat penganiayaan itu juga dada korban biram hingga ke ulu hatinya.

 

Peristiwa ini terjadi, Sabtu malam (25/4) lalu, ketika korban berada di dalam kamar tidur asrama pergururan tinggi itu di jalan Sudirman, Kelurahan Parombunan, Kecamatan Sibolga Selatan, Kota Sibolga. Saat itu oknum Direktur tersebut mendadak masuk ke kamar tidur korban dan langsung mendaratkan pukulan ke bagian tubuh korban.

 

Merasa tidak senang dengan perbuatan Oknum Direktur Akper ini, malam itu juga korban lari meninggalkan asrama dan langsung melaporkan tindakan kekerasan itu kepada kedua orang tuanya. Esok harinya (Minggu, 26/4) korban didampingi Ibu dan saudara – saudaranya serta dua orang teman satu kuliahnya di Akper Nauli Husada Sibolga resmi melaporkan kasus penganiayaan tersebut ke Polsek Sibolga Selatan. Selanjutnya mahasiswa tingkat dua semester empat Akper Nauli Husada Sibolga tersebut, menjalani visum di RSU FL Tobing Sibolga.

 

Korban Uli Daud Saragih saat dikonfirmasi Global, Senin (27/4) dikediamannya menuturkan kronologis pemukulan yang dirasakannya. Ia mengaku, tidak tahu menahu apa penyebab dirinya dipukuli berkali - kali oleh oknum Direktur Akper Nauli Husada tersebut.

 

Menurut ceritanya, Sabtu (25/4) malam kemarin sekitar pukul 23.00 WIB, Ia bersama teman – temannya main gitar di lantai empat asrama Akper Nauli Husada Sibolga untuk buang suntuk, karena nggak bisa keluar asrama pada malam Minggu. Tiba - tiba RS selaku Direktur juga dosen Akper mendatanginya dan menggeledah seorang temannya yang kebetulan memiliki hand phone. Setelah hand phone ditemukannya, tiba - tiba Ia dipanggil dan langsung dipukuli berkali - kali dihadapan teman - temannya, hingga sempat tidak sadarkan diri sejenak.

 

"Setelah saya dipukuli hingga muntah - muntah, saya lalu minta tolong kepada teman saya untuk mengantar pulang ke rumah orang tua saya di Jalan Kesturi Sibolga. Kami pun berhasil melarikan diri dari belakang asrama Akper Nauli Husada,"tutur Uli.

 

Pengakuan korban Uli Daud Saragih ini dikuatkan oleh dua orang teman satu kelas korban, yakni Rio Subahari Tambunan (21) dan Roi Simanjuntak (20), yang melihat langsung aksi pemukulan yang dilakukan oleh oknum Direktur Akper Nauli Husada Sibolga tersebut.

 

"Kami tidak tahu apa alasan Pak RS selaku Direktur memukuli Uli Daud Saragih hingga muntah - muntah. Setelah pemukulan itu, kami menolong korban untuk pulang ke rumahnya tanpa permisi dari pihak asrama," ujar mereka berdua.

 

Sementara itu, ibu korban R Panjaitan (53), berprofesi sebagai Guru SD Negeri di Kecamatan Sarudik, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), tidak terima dengan perlakuan oknum Direktur Akper tersebut.

 

"Saya menyekolahkan anak bungsu saya ini untuk mendapatkan pendidikan dan ilmu sesuai jurusannya, bukan untuk dipukuli. Saya sudah 34 tahun lebih menjadi guru SD tidak pernah memukuli murid, oleh karena itu saya tidak terima dengan perlakuan ini,"tukasnya.

 

Di kesempatan itu, Ibu korban tersebut meminta aparat penegak hukum untuk segera menangkap pelaku pemukulan terhadap anaknya dan meminta pihak yayasan untuk memecat Direktur sekaligus dosen tersebut dari Akper Nauli Husada Sibolga.

 

Senada dengan itu, Anto Saragih, abang kandung korban juga tidak ingin berdamai dengan oknum Direktur tersebut. "Saya ingin oknum Direktur itu masuk penjara dan dipecat dari jabatannya sebagai Direktur Akper Nauli Husada. Sebab, tindakannya sudah tidak logika dan beretika,"tandas Anto.

 

Di tempat terpisah, Kapolsek Sibolga Selatan Iptu D Habeahan saat dikonfirmasi Global di Mapolresta Sibolga membenarkan adanya laporan pengaduan seorang Mahasiswa Akper Nauli Husada Sibolga atas nama Uli Daud Saragih ke Mapolsek Sibolga Selatan.

 

"Kita sudah melayangkan surat pemanggilan kepada saksi – saksi untuk dimintai keterangan mereka Besok (sebut hari ini Selasa (28/4) ) mengenai kasus pemukulan tersebut. Kalau para saksi ini datang,  Rabu (29/4) depan kita sudah bisa memanggil dan memeriksa oknum Direktur itu,"tukasnya.

 

Kapolsek Sibolga Selatan ini mengakui setelah kejadian itu, oknum Direktur Akper Nauli Husada tersebut beberapa kali datang menemuinya di Mapolsek menyampaikan penyesalan dan rasa khilafnya yang telah terlanjur melakukan hal sedemikian.

 

"Saat kita bincang – bincang itu, beliau (Direktur Akper – red) mengaku, kalau perbuatan itu dilakukannya untuk menegakkan disiplin di dalam Asrama. Karena selama ini, masyarakat selalu mengeluhkan suara – suara ribut dari Asrama,"ungkap Habeahan.

 

Menurut Habeahan, saat itu memang, korban sedang bermain gitar sambil bernyanyi – nyayi di lantai IV gedung Asrama bersama teman - temannya. Sedangkan Direktur bersama dosen Akper lainnya melaksanakan Razia ke kamar – kamar para Mahasiswa/i setempat. Saat razia itu, oknum Direktur tersebut kebetulan mendengar suara nyayian korban yang sudah tidak asing lagi baginya.

 

"Karena masyarakat sering komplein ke Akper ini, oknum Direktur tersebut selanjutnya mendatangi kamar korban yang telah menghentikan kegiatannya setelah mengetahui razia para dosen dari adik kelasnya,"jelasnya.

 

"Meski demikian, tindakan oknum Direktur  tersebut tetap salah, karena telah melakukan kontak fisik. Kalau dalam UU, oknum Direktur ini dapat dijerat pasal 351 ayat 2 tentang penganiayaan dengan ancaman hukuman maksimal 2,5 tahun,"pungkas Kapolsek Sibolga Selatan, Iptu D Habeahan.

 

Ketua Dewan Pendidikan Kota Sibolga, Agus Salim Harahap ketika dikonfirmasi dikediamannya menyayangkan kejadian yang mencoreng dunia pendidikan di Kota Sibolga tersebut.

 

Menurutnya, cara – cara atau tindakan – tindakan seperti itu sudah tidak zamannya lagi dan tidak dapat dibenarkan, apalagi sampai memberikan hukuman fisik karena hal sedemikian tidak sesuai dengan kode etik dunia pendidikan.

 

Seharusnya, imbuh Agusalim, oknum tersebut tidak sampai melakukan tindakan represif seperti itu, sebab yang namanya lembaga pendidikan terutama perguruan tinggi (PT), memilki statuta (aturan) yang mengatur hal – hal terkait tugas dan kewajiban dosen serta Mahasiswa.

 

"Artinya, oknum tersebut seharusnya menjalankan dan mempedomani hal ini, Ia harus terlebih dahulu memeriksa dengan baik apakah itu orangnya, apa tindakannya dan bagaimana dampaknya dan apa konsekuensinya jika itu benar. Sehingga tidak harus melakukan hal seperti itu yang sampai membunuh karakter seseorang. Apalagi anak – anak tersebut dipersiapkan untuk masa depan,"tukas Mantan Wakil Wali Kota Sibolga ini.

 

Ia berharap, permasalahan ini dapat diselesaikan sebaik mungkin kalau memang bisa diselesaikan secara kekeluargaan (perdamaian), tetapi jika tidak tidak, pihak – pihak terkait apakah itu pemilik yayasan atau penegak hukum agar mengambil tindakan tegas.

 

Selain itu, Agus juga berharap, para pelaku – pelaku pendidikan khususnya para tenaga guru dan dosen agar mempedomani aturan dalam lembaganya masing – masing terutama kepada pimpinan setiap lembaga kiranya mampu memberikan contoh yang baik.

 

Sementara itu, Direktur Akper Nauli Husada Sibolga, Ronald Sagala sampai berita ini naik tidak berhasil ditemui baik di lokasi kerjanya bahkan dikediamannya di jalan Sudirman, Kelurahan Parombunan, Kecamatan Sibolga Selatan, Kota Sibolga.

 

"Kami tidak tahu dimana Bapak, bahkan kami juga sedang mencari dia," kata beberapa tenaga dosen Akper tersebut.

 

Tidak ada komentar: