Kamis, 16 April 2009


Keterangan Foto : DODOS TBS : Fatana Hutagalung menyaksikan karyawannya mendodos TBS kelapa sawit di kebun miliknya di desa Mela, kecamatan Tapian Nauli, Tapteng. Foto : TIGOR MANALU

Harga TBS di Tapteng Tembus Rp 1.000/Kg
TIGOR MANALU - TAPTENG
Petani kelapa sawit di kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) saat ini terlihat sumringah dan bergairah dengan posisi harga TBS kelapa sawit yang telah menembus level Rp 1.000 per kg di tingkat petani.

Kendati harganya bervariasi antara Rp 900 - Rp 1.000 per kg, akibat faktor tambahan biaya angkut dari daerah perkebunan rakyat ke pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS), namun posisi harga TBS saat ini dianggap telah dapat menjamin peningkatan perekonomian rakyat petani, dibanding saat harga TBS itu terjun bebas hingga di kisaran Rp 200 per kg beberapa waktu lalu.

“Demikian pula di tingkat pabrik, harganya juga telah membaik hingga mencapai Rp 1.200 - Rp 1.300 per kg dari sebelumnya hanya bertahan di level Rp 600 per kg, sehingga baik rakyat maupun agen pengumpul TBS, saat ini telah tertolong dari keterpurukan yang terjadi di akhir 2008 lalu,” ungkap pemilik kebun kelapa sawit, Fatana Hutagalung kepada Global, di desa Mela kecamatan Tapian Nauli, Tapteng, Kamis (16/4).

Dengan kenaikan harga TBS itu, 6 kepala keluarga yang menjadi karyawan di kebun kelapa sawit miliknya semakin bersemangat mengolah dan merawat tanaman kelapa sawit seluas 6 hektar dengan hasil produksi rata-rata mencapai 3 ton per 3 minggu, karena 25 % dari harga itu diberikan kepada karyawan.

“Memang, harga TBS di Tapteng masih bervariasi, sebab hal tersebut tergantung jauh dekatnya lokasi perkebunan rakyat dengan PKS, apalagi PKS yang berada di luar daerah seperti di kabupaten Padang Lawas, Labuhan Batu, Tebing Tinggi dan lainnya, maka pihak agen pengumpul terpaksa mempertimbangkan biaya transportasi hingga mencapai Rp 250 per kg, sehingga harga di tingkat petani sedikit lebih rendah,”ungkapnya.

Pihaknya juga sangat menyayangkan keberadaan PKS PT Sinar Gunung Sawit Raya (SGSR) di kecamatan Manduamas yang selama ini dinilai kurang berkenan menampung TBS kelapa sawit dari rakyat petani, karena hanya mengandalkan dan mengolah TBS dari hasil perkebunannya sendiri. Padahal, kapasitas produksi PKS tersebut cukup besar hingga mampu memproduksi crude palm oil (CPO) sebanyak 40 ton/jam, kalaupun menerima, harga yang ditetapkan sangat jauh dari harga pasar sehingga rakyat petani menjadi dirugikan.

“Berbeda dengan PKS Bintang Nauli Pratama yang beroperasi di kecamatan Sibabangun, walaupun kapasitasnya terbatas dan hanya mampu memproduksi 80 ton CPO per hari, tapi senantiasa bersedia menerima pasokan TBS kelapa sawit dari rakyat petani kendatipun terbatas,” tukasnya.

Secara terpisah, direktur pemasaran PKS PT Bintang Nauli Pratama, Handra Batubara yang dihubungi melalui selularnya mengatakan, produksi pabrik yang dikelolanya itu tetap berjalan normal seperti biasa pasca kenaikan harga TBS kurun waktu sebulan terakhir ini.

Soal harga, dia mengaku membeli TBS dari agen pengumpul sebesar Rp 1.170 per kg, namun berdasarkan informasi yang diperolehnya dari rekan bisnis, di kabupaten Padang Lawas harga di tingkat PKS, saat ini sudah mencapai Rp 1.300 per kg, ujarnya singkat.

Tidak ada komentar: