Jumat, 29 Mei 2009

DPRD Kota Sibolga Minta Yayasan Winda Husada Harus Dilindungi


Keterangan Foto : BERI KETERANGAN : Direktur Akper Nauli Husada Ronald Sagala didampingi Wakil Ketua Yayasan Neni Br Lubis dan sejumlah dosen saat memberikan keterangan kepada Dewan, di ruang rapat mini lantai 1 gedung DPRD kota Sibolga. Foto : TIGOR MANALU

DPRD Kota Sibolga Minta Yayasan Winda Husada Harus Dilindungi

#Polisi Didesak Jaga Keamanan dan Kenyamanan Kampus

TIGOR MANALU | GLOBAL | SIBOLGA

Kalangan DPRD Kota Sibolga berharap dan meminta agar Pemerintah Kota Sibolga (Pemko Sibolga) dapat melindungi yayasan pendidikan Winda Husada karena keberadaannya merupakan investasi luar biasa bagi daerah berbilang kaum Sibolga.

 

Hal ini diutarakan sejumlah anggota DPRD Kota Sibolga diantaranya Wakil Ketua Mayda Hutagalung, Wakil Ketua Yusran Pasaribu, Ketua Komisi III Kasim Sinaga dan anggota DPRD lainnya, Julianus Telaumbanua, Jimmy RS Hutajulu, Ongly Siregar, Jamil Zeb Tumory dan Hj Nur Arifah dalam dengar pendapat dengan Yayasan Pendidikan Winda Husada yang diwakili Wakil Ketua Yayasan Neni Br Lubis dan sejumlah dosen termasuk Direktur Ronald Sagala, di ruang rapat minim lantai I, Gedung DPRD Kota Sibolga, di jalan S Parman, Kamis (14/5).

 

Turut hadir pada pertemuan itu, Kepala Dinas Pendidikan Nasional (Kadiknas) Kota Sibolga Rustam Manalu, Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) diwakili Kepala Sub bagian (Kasubbag) Firmansyah Hulu dan Resdi D Sianturi serta Kapolsek Sibolga Selatan Iptu D Habeahan dan Kanit Reskrim Taher Lubis.

 

Pada pertemuan yang dipimpin Wakil Ketua DPRD Kota Sibolga Yusran Pasaribu, seluruh anggota dewan mengganggap permasalahan yang terjadi antara Direktur Akper Nauli Husada Ronald Sagala dengan mahasiswanya bukan merupakan persoalan serius melainkan persoalan biasa antara dosen dengan mahasiswa atau antara bapak dan anak bagaimana memberikan cara pendidikan yang baik khususnya kepada anak yang harus mendapatkan perlakuan khusus.

 

Maka itu, mereka mendesak semua pihak terutama Pemko Sibolga dapat membantu (turun tangan) menyelesaikan persoalan itu, meskipun tidak turut langsung membantu pembangunan fisik yayasan.

 

Demikian kepada aparat kepolisian, kiranya mampu memberikan keamanan dan rasa aman bagi mahasiswa Akper dan Akbid Nauli Husada sehingga dapat dengan tenang belajar dilembaga itu.

 

"Masyarakat Sibolga harus mengucapkan syukur dan terimakasih karena masih ada investor yang mau berinvestasi dibidang pendidikan khususnya kesehatan disini. Kalau tidak, anak – anak Sibolga akan berduyun – duyun ke daerah lain. Maka itu, lembaga ini harus dijaga dan bukan ditekan. Selain itu pemerintah harus membantu penyelesaian perkara tersebut," kata Wakil Ketua DPRD Kota Sibolga Mayda Hutagalung pada pertemuan itu.

 

Mayda sendiri mengaku prihatin melihat persoalan kecil yang akhirnya dibesar – besarkan karena penciptaan disiplin disuatu lembaga pendidikan mutlak, terlebih di lembaga pendidikan seperti Akper dan Akbid. Pasalnya, mahasiswa disana kelak akan berhadapan dengan realita manusia antara hidup dan mati.

 

"Artinya, kalau disiplin itu tidak ditegakkan dengan benar terakhir anak – anak disana akan membawa malu nama Yayasan karena perbuatan mereka menyebabkan kematian bagi orang lain. Ditampar itu biasa, sebab saya sendiri sebagai Ibu mau menampar anak kalau bandal tetapi tidak sampai memar,"tukasnya.

 

Dalam menyikapi masalah ini, Mayda berharap yayasan tersebut dapat dilindungi terutama pihak kepolisian agar jangan kiranya sepihak dalam menangani perkara tetapi perlu dilakukan penyelidikan sebaik mungkin tanpa harus menyudutkan lembaga pendidikan.

 

"Saya sendiri merasa tidak yakin Direktur Akper Nauli Husada Ronald Sagala telah melakukan penganiayaan (sesuai bukti – bukti) karena tamparan tidak seperti itu hasilnya,"tukas Mayda.

 

Ketua Komisi III, DPRD Kota Sibolga, Kasim Sinaga, juga tidak percaya memar ditubuh Uli Daud Siragih akibat perbuatan Direktur Akper Ronald Sagala. Ketidakyakinannya tersebut muncul selain dari pengakuan Ronald, setelah kejadian, Mahasiswa tersebut pergi meninggalkan kampus dan bermalam dirumah orang tuanya.

 

"Artinya, tinjuan petinju seperti Mike Tyson aja tidak seperti itu, apalagi disebutkan itu tamparan. Jadi saya curiga, memar out bukan karena pukulan atau tamparan dan ini akan kita ikuti dalam proses pengadilan seandainya mediasi tidak ada lagi,"papar Kasim.

 

Namun ia berharap, permasalahan kecil ini jangan dibesar – besarkan kalau boleh di-coolingdown-kan (ditiadakan) terutama kepada polisi untuk memberikan perlakuan yang wajar dan adil serta dapat menjaga asset tersebut yakni Yayasan Pendidikan Winda Nauli apalagi disana ada aturan main. "Dan Pemko juga harus terlibat mengkerucutkan permasalahan ini,"tandasnya.

 

Begitu juga dengan apa yang disampaikan Marlius Telaumbanua, menurutnya permasalahan tersebut seharusnya tidak sampai jauh melangkah hingga kepolisian dan kejaksaan, kalau bisa itu dicoolingdownkan. Sebab, lingkungan pendidikan harus diberi ketenangan karena tempat itu merupakan tempat belajar  generasi – genarasi muda untuk meraih pendidikan yang optimal.

 

Dikatakan, pekerjaan guru/dosen dalam mengatur anak – anak sangatlah susah  dan luar biasa. Karena yang dihadapi adalah orang – orang yang memiliki pemikiran – pemikiran atau tingkah laku yang berbeda – beda. "Maka itu, mari kita cari solusi terbaik untuk permasalahan ini. Tapi kalau pemecahannya sudah tidak ada lagi, biarkanlah proses hukum yang menjawab,"tutur Marlius.

 

Pada pertemuan itu, Direktur Akper Ronald Sagala berkenan memaparkan bagaimana sampai dia memberikan pengajaran kecil kepada Mahasiswanya Uli Daud Saragih. Pada intinya, Ia mengaku tidak tidak pernah memberikan sesuatu tindakan yang sampai merusak anggota tubuh Mahasiswanya tersebut.

 

Hal ini dipertegas oleh Wakil Ketua Yayasan Winda Nauli, Nina Br Lubis sembari menambahkan bahwa anak didik mereka tersebut merupakan seorang yang memiliki tingkah laku lebih terbukti akibat dari tindakannya pihak yayasan terpaksa memberikan surat peringatan (SP) sampai empat kali banyaknya.

 

Mendengar pendapat – pendapat para anggota dewan, mewakili yayasan termasuk dari kepolisian, pemimpin pertemuan selaku Wakil Ketua DPRD Kota Sibolga Yusran Pasaribu akhirnya menutup pertemuan sembari mengatakan, DPRD Sibolga siap memantau dan mediatori persoalan ini. " Kami buka peluang itu, guna menjalin hari – hari baik kedepan, terlebih pada pertemuan – pertemuan tak formal," pungkas Yusran.

 

 

 


Tidak ada komentar: