Jumat, 29 Mei 2009

Puluhan Pedagang Sayur dan Cabe Tujuan Nias Merugi

Keterangan Foto : KELUARKAN BARANG : Sejumlah pedagang sayur mayur dan cabe tujuang Gunung Sitoli, Nias, terpaksa harus mengeluarkan barang – barangnya dari dalam kapal untuk menghindari barang tersebut membusuk. Akibat tertunda pelayaran kapal rute Sibolga – Gunung Sitoli, Bias, sejumlah pedagang setiap hari mengirim sayur mayur dan cabe serta bahan – bahan Sembako, terpaksa mengalami kerugian mencapai ratusan juta rupiah. Foto : TIGOR MANALU
 

Badai Disertai Gelombang Laut Capai 5 Meter

Puluhan Pedagang Sayur dan Cabe Tujuan Nias Merugi

TIGOR MANALU | GLOBAL | SIBOLGA

Akibat badai yang menerjang perairan laut dan disertai gelombang laut mencapai 4 hingga 5 meter di wilayah pantai barat Sumatera Utara (Sumut) dan tertundanya sejumlah kapal fery  milik PT ASDP dan kapal cepat rute Sibolga - Gunung Sitoli, kabupaten Nias. Sejumlah pedagang setiap hari mengirim sayur mayur dan cabe serta bahan – bahan Sembako, terpaksa mengalami kerugian mencapai ratusan juta rupiah.

 

R Lumbantoruan (35) salah seorang pedagang Sayur mayur di Sibolga yang setiap harinya mengirim ke Gunung Sitoli, Nias kepada Global, Sabtu (16/5) mengaku akibat badai dan gelombang laut dan menyebabkan kapal fery gagal berlayar, mereka mengalami kerugian karena sayur  masyur dan cabe membusuk saat kapal tersebut kembali ke dermaga pelabuhan Sibolga.

 

"Tertundanya kapal berlayar dari Sibolga ke Gunung Sitoli, Nias pada Kamis (14/5) hingga Sabtu (16/5) kemarin, kami telah banyak mengalami kerugian. Sebab barang – barang yang kita kirim ke Nias, jenis barang yang cepat busuk seperti sayur mayur, cabe dan rempah – rempah lainnya,"ujarnya.

 

Senada dengan itu, S Manalu (24) juga mengakui gara – gara kapal tertunda berlayar tujuan Gunung Sitoli, Nias dirinya mengalami kerugian puluhan juta dalam tempo 2 hari.

 

"Namun, apa yang mau kita katakan, sebab bukan pihak kapal yang sengaja membatalkan keberangkatan kapal, tetapi penyebabnya kondisi cuaca yang sangat buruk. Jadi  langkah – langkah yang diambil pihak kapal sudah cukup baik guna menghindari hal – hal yang tidak diinginkan,"ujarnya.

 

Menurutnya, pihak ASDP dapat merubah jadwal keberangkat kapal. Kalau selama ini kapal belayar menuju Gunung Sitoli, Nias pada pukul 21:00 Wib dan cuaca buruk sering terjadi malam hari, maka jadwal keberangkatan kapal dapat dilakukan pada pagi hari karena kondisi cuaca masih dapat bersahabat.

 

"Bila pihak ASDP Sibolga merubah jadwal pelayaran, maka kami para pedagang akan terbantu dan resiko kerugian akan berkurang,"pintanya.

 

Sebelumnya, sejumlah informasi yang berhasil dihimpun Global di lokasi pelabuhan Sibolga, kapal fery milik PT ASDP dan kapal cepat ditunda berlayar dari Sibolga ke Gunung Sitoli, Nias Tello, karena badai cukup kencang yang disertai gelombang laut mencapai 4 hingga 5 meter.

 

Bahkan pihak Kepala Stasiun Radio Pantai Kantor Navigasi Sibolga, Edward Sianturi mengatakan sesuai penjelasan BMG sejak 4 hari ini, Kamis (14/5) hingga Minggu (17/5) pagi, tinggi gelombang di perairan Samudra Hindia atau di perairan Pantai Barat Sumatera Utara berkisar antara 4 hingga 5 meter.

 

Dan kecepatan angin mencapai 20 knot per jam atau setara 45 kilometer per jam serta  menyarankan agar pihak ASDP dan kapal cepat menunda berlayar guna mengindari hal – hal yang tidak diinginkan.

 

# Truk Tertahan

Akibat cuaca buruk ini juga, sejumlah kenderaan ekspedisi tujuan Gunungsitoli, Nias tertahan di kompleks pelabuhan Sibolga. Sesuai rencana, seluruh armada rencananya akan diberangkatkan Sabtu (16/5) malam, tetapi berhubung cuaca buruk melanda Samudara Hindia atau perairan pantai barat Sumatera Utara, pihak PT ASDP terpaksa membatalkan keberangkatannya.

 

Namun, karena kondisi cuaca masih belum juga bersahabat, akhirnya keberangkatan pun dibatalkan sehingga para sopir terpaksa tidur di dalam truk guna menjaga keamanan barang.

 

Menurut salah seorang sopir, Rusman Zai (31), warga Gunungsitoli, akibat kegagalan keberangkatan, Ia selaku sopir  tarpaksa kehilangan tripan karena sesuai rencana dua tiga hari kemudian armadanya sudah harus kembali lagi ke Kota Sibolga.

 

"Tetapi apa mau dikata, seandainya situasinya tidak seperti ini, kami para sopir pasti akan demo dan menuntut biaya makan ke instansi terkait. Namun karena cuaca dan itupun demi keselamatan, kita terpaksa harus rela menerimanya,"ungkap dia.

 


Tidak ada komentar: