Jumat, 29 Mei 2009

Petani Sirandorung Sulit Peroleh Pupuk Bersubsidi

Petani Sirandorung Sulit Peroleh Pupuk Bersubsidi

TIGOR MANALU | GLOBAL | TAPTENG

Petani di Kecamatan Sirandorung Tapanuli Tengah (Tapteng) sampai sekarang masih kesulitan memperoleh pupuk bersubsidi, khususnya pupuk urea. Kondisi. Akibatnya, para petani sering mengalami kegagalan panen akibat pemupukan yang tidak teratur.

 

M Tumanggor (45), salah seorang petani di Kecamatan Sirandorung sungguh mengeluhkan kelangkaan pupuk tersebut, sebab di daerah mereka saat ini sedang berlangsung musim tanam padi. Tentunya sangat membutuhkan pupuk.

 

"Namun dicari ke mana - mana di Sirandorung dan Manduamas, pupuk bersubsidi seperti SS maupun urea tidak ada. Kalaupun ada, harganya sangat mahal mencapai Rp140 ribu isi 50 kg,"ungkap Tumanggor kepada Global, Selasa (12/5).

 

Ia menjelaskan, kelangkaan pupuk bersubsidi sudah berlangsung sejak tahun 2008 dan mereka tidak tahu harus membeli kemana terutama pada saat musim tanam tiba.

 

"Kami cari ke di daerah lain, seperti Barus dan Andam Dewi, pupuk bersubsidi memang ada, tetapi jumlahnya sangat terbatas. Namun yang menjadi pertanyaan kenapa untuk kami tidak pernah ada, padahal setahu kami di Kecamatan Sirandorung dan Manduamas ada beberapa penyalur resmi pupuk bersubsidi," ujarnya.

 

Anehnya, lanjutnya, harga pupuk bersubsidi di Kecamatan Sirandorung jauh lebih murah dibanding dengan harga di Kecamatan Barus yang hanya mencapai Rp65.000-Rp75.000 per karung.

 

"Kita heran, mengapa harga pupuk yang sama bisa berbeda. Padahal setahu kita, harga pupuk bersubsidi telah ditetapkan oleh pemerintah. Apabila harganya mencapai di atas Rp140 ribu - Rp150 ribu, tentu tidak sesuai dengan modal. Belum lagi upah mengolahnya. Coba bayangkan, kalau padi kita satu rantai saja, bisa menghabiskan pupuk 20-30 kg untuk satu jenis pupuk,"kata Tumanggor.

 

Petani Sirandorung lainnya A Tinambunan (53) menambahkan, kelangkaan pupuk khususnya pupuk bersubsidi di daerah Sirandorung dan Manduamas patut dipertanyakan. Pasalnya penyalur pupuk bersubsidi di daerah lain, seperti Barus dan Andam Dewi, tetap dapat menyediakan pupuk meski jumlahnya sangat terbatas.

 

"Patut kita pertanyakan, kenapa di daerah lain pupuk bersubsidi masih tersedia, sedangkan di daerah ini tidak ada. Apakah ada oknum penyalur pupuk bersubsidi menyalahgunakannya dengan bekerja sama dengan pihak distributor? Sebab di daerah ini ada beberapa pengecer maupun penyalur pupuk bersubsidi yang memiliki perkebunan kelapa sawit," tutur Tinambunan.

 

Untuk mengatasi kelangkaan pupuk bersubsidi di Kecamatan Sirandorung dan Manduamas, para petani mengharapkan kepada dinas terkait, agar mengawasi pendistribusian pupuk bersubsidi kepada para penyalur.

 

"Selain melakukan pengawasan dalam pendistribusian pupuk bersubsidi, Dinas Pertanian dan Perkebunan Tapteng juga perlu memberikan pelatihan kepada para petani bagaimana cara mengolah pupuk non organik. Ini perlu, agar petani tidak lagi tergantung kepada pupuk organik," harap keduanya.

 

Di tempat terpisah, anggota DPRD Kota Sibolga Hazmi Arif Simatupang saat dimintai tanggapannnya melalui selulernya yang membidangi pertanian dan perkebunan sangat menyesalkan kondisi itu apalagi ditengah – tengah keterkenan petani akibat krisis global sehingga berdampak terhadap menurunnya pendapatan.

 

Ia berharap, Dinas terkait termasuk PPL dan aparat Kecamatan setempat dapat mengatasi persoalan para petani di kedua daerah karena hal itu sangat bermakna bagi mereka dalam mempertahankan hidup di tengah – tengah keterjepitan petani saat ini.

 

"Kemudian, saya juga berharap kepada pemerintah agar benar – benar mendata kebutuhan pupuk untuk petani di setiap daerah sehingga bisa dipastikan kalau pupuk tersebut benar – benar tersalur dengan baik. Artinya, kalau masih ada petani yang tidak memperoleh pupuk bersubsidi, berarti jelas ada permainan disana,"pungkasnya.

Tidak ada komentar: