Jumat, 29 Mei 2009

Musim Badai, Ikan Laut Langka di Sibolga

Keterangan Foto : IKAN MAHAL : R Boru Purba (36) salah seorang pedagang ikan di pusat pasar Sibolga Nauli saat melayani pembelinya. Ia mengaku harga ikan malah dan  melambung tinggi yang dijual rata - rata diatas Rp20.000 per kilogram dari harga sebelumnya antara Rp7.000 hingga Rp8.000 per kilogramnya. Kenaikan harga ikan di Sibolga dipicu musim badai yang melanda perairan laut di wilayah pantai barat Sumut.Foto : TIGOR MANALU
 

Musim Badai, Ikan Laut Langka di Sibolga

TIGOR MANALU | GLOBAL | SIBOLGA

Badai yang mengamuk disertai gelombang air laut yang tinggi hingga mencapai 4 - 5 meter di perairan pantai barat Sumatera Utara (Sumut) sejak Kamis (14/5) pekan lalu, tak hanya mengganggu aktifitas pelayaran kapal angkutan antar pulau di pelabuhan Sibolga, tetapi juga memberikan dampak buruk terhadap hasil produksi perikanan nelayan di daerah setempat.

 

Pasalnya, selain faktor terang bulan dan kondisi buruknya cuaca selama musim badai, banyak nelayan yang terpaksa tidak melaut, sehingga produksi perikanan menurun tajam hingga berujung terjadinya kelangkaan pasokan ikan laut di Sibolga.

 

"Untungnya masih ada stok ikan umang - umang (Sejenis Tongkol - red) yang diawetkan di cold storage (Mesin Pendingin - red) milik pengusaha swasta di daerah ini. Walaupun pasokannya terbatas tetapi masih dapat dijual di pasar lokal untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat, namun harganya melambung tinggi hingga menembus Rp12.000 per kilogram, dari yang biasa hanya di level Rp7.000 - Rp8.000 per kilogram,"ungkap kepala pemasaran Tangkahan Ikan Padema, Maruli kepada Global, di ruang kerjanya, Senin (18/5).

 

Menurut Maruli, sesuai informasi yang kita terima dari sejumlah nakhoda kapal yang terlebih dahulu berangkat melaut sebelum terjadinya badai, hingga saat ini nelayan mengaku belum memeroleh hasil sama sekali dan terpaksa memperpanjang waktu penangkapannya hingga memperoleh hasil maksimal.

 

"Sementara kapal - kapal nelayan yang sudah kembali, hanya membawa hasil yang tak seberapa dan sudah dipastikan merugi. Kondisi seperti ini biasanya disebut musim paceklik ikan,"ujarnya.

 

Namun demikian, imbuh Maruli, pemerintah daerah (Pemda) setempat dapat memperhatikan situasi sulit yang dialami warga nelayan maupun warga masyarakat secara umum, salah satunya dengan membangun fasilitas cold storage di Sibolga.

 

"Tujuannya, selain berfungsi menjaga stabilitas pasokan ikan, cold storage itu juga akan menguntungkan buat pemda karena sangat berpotensi untuk menambah pendapatan asli daerah (PAD) Pemda dari sektor perikanan, jadi masalah kelangkaan ikan seperti saat ini dapat diselesaikan dengan baik,"tukasnya.

 

Pantauan Global di lokasi pusat penjualan ikan di Jalan Mojopahit Sibolga, harga ikan yang di jual sejumlah pedagang tergolong relatif tinggi rata - rata mencapai Rp17.000 hingga Rp18.000 per kilogram untuk beberapa jenis ikan di antaranya, ikan ogak (Dencis), ikan Aso - Aso (Gembung Gepeng), ikan Kaling - kaling (Tegang ekor) dan lainnya. Sedangkan jenis ikan kerapu berukuran kecil harganya juga cukup tinggi mencapai Rp20.000 per kilogram.

 

Sementara itu di pusat pasar Sibolga Nauli, jenis ikan tersebut dijual para pedagang rata - rata diatas Rp20.000 per kilogram. "Selain langka, harga modal pembelian kami juga sangat tinggi Rp18.000 hingga Rp20.000 per kilogramnya,"ujar seorang pedagang ikan, R Boru Purba (36) saat ditemui Global sambil melayani pembelinya.

 

Menurutnya, kelangkaan ikan tersebut kemungkinan dipicu musim badai yang melanda perairan laut di wilayah pantai barat Sumut belakangan ini, selain beberapa waktu lalu diakibatkan kondisi cuaca terang bulan sehingga ikan sulit didapat.

 

 


Tidak ada komentar: